Selasa, 21 Juli 2020

Jangan Pakai Game Bajakan

Bagi sebagian besar orang bermain game sudah menjadi bagian hidupnya untuk menjadi sebuah hiburan diwaktu senggang entah itu game di smartphone ataupun game di PC. Perkembangan game dari waktu dari ke waktu terus berkembang dari plot cerita, karakter, sampai grafis yang sangat bagus atau bahkan sampai mendekati real.

Steam Library

Game ini juga hiburan yang tak akan punah begitu saja, berkembang seiring dengan teknologi yang berkembang juga, dalam pembuatannya juga semakin lama semakin rumit dan memakan waktu yang lama dalam prosesnya.

Beberapa hal tersebut membuat harga dari game tersebut juga ikut meningkat menjadi mahal yang dibarengi dengan kualitas game yang keren.

Di sisi lain bisnis jual-beli game ini tidak jauh berbeda dalam produk digital lainnya dalam hal pembajakan, selalu ada saja para pembajak yang membajak produk digital ini, mereka mengambil keuntungan yang sebenarnya mereka juga tahu kalau perbuatannya itu salah bahkan bisa saja dipenjarakan sama pemilik developer atau pembuatnya.

Di negara kita pembajakan seperti ini sudah dipandang lumrah, saat game nintendo masih menjadi tren dunia, gamer Indonesia harus puas dengan kaset yang ada tulisannya 40 in 1, sampai sekarangpun saat eranya sudah berubah ketika teknologi konsol yang semakin rumit untuk dibajak ini masih ada saja yang bisa menmbajaknya.

Saya ambil contohnya, misalkan waktu game Grand Theft Auto V (GTA V) sedang booming pada tahun 2013 lalu, game ini pada pasar Amerika saja sudah mampu menghasilkan pendapatan US$ 1 Juta dalam 3 hari ini juga bernasib sama dengan game lain, yaitu pembajakan.

Di toko produk resmi harga game ini mencapai harga Rp. 680.000 per-game nya, harga ini sangat tinggi jika mengacu pada upah minimum kerja di negara kita. Beruntungnya masih ada yang membanderol harga di kisaran Rp. 20.000 lewat pasaran bajakan ini gamer-gamer Indonesia di kalangan kelas kebawah bisa bermain game teranyar dengan harga yang murah meriah.

Dengan begitu budaya bermain game kita tetap terjaga, selain itu juga penjaja rental PS masih bisa eksis sampai sekarang. Dampak negatif dari pembajakan game ini tentu saja banyak, terutama bagi pengembang, developer, dan kreatornya.

Mereka bekerja sampai bertahun-tahun dan menggelontorkan biaya yang tidak sedikit dalam proses pembuatan game tersebut. Hampir semua penghasilan game dari pembajak itu satu sen pun tidak di berikan oleh pengembangnya, alias uang dari pembajak game tersebut masuk ke kantong sendiri.

Memang di dalam produk game biasanya sudah ada hak ciptanya, tetapi pelaku pembajak akan sulit tertangkap jika di dalam negara tidak ada perusahaan game terkait. Selama ini Indonesia belum ada gugatan yang dilayangkan tentang pembajakan hak intelektual yang dilayangkan oleh perusahaan terkait.

Para gamer juga seharusnya bijak dalam bermain game, jangan sampai kita memainkan game bajakan yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat merugikan developer game. Jika developer merugi tentunya berimbas juga kepada pembuat game, pengisi suara, studio, dan pekerja lainnya yang masih didalam lingkaran pembuatan game.

Mereka juga membutuhkan respek karena sudah mencurahkan semuanya untuk membuat game, mereka juga mempunyai kehidupan dan keluarga untuk dihidupinya. Andaikan saja kia memposisikan diri sebagai pembuat game tersebut dan setelah jerih payah ternyata ada orang lain yang membajak karya kita dan banyak sekali yang menggunakan hasil bajakan tersebut.

Tentunya kita sangat dirugikan, karena waktu, tenaga, dan mencurahkan semua intelektual kita dirugikan dengan pembajakan tersebut. kita juga dirugikan secara finansial, yang mestinya kita mendapat lebih banyak, eh ternyata ada pembajakan yang hasil uangnya tidak masuk di kantong kita atau di developer.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar