1. PROSA
Karya prosa adalah karangan yang bersifat pmbeberan. Karya prosa yang bersifat fiksi misalnya cerpen, novel, naskah drama. Untuk memahami karya sastra ini biasanya dilakukan dengan memahami unsur intrisik dan eksintrik yang dikandungnya.
a. Tema : adalah pokok persoalan yang menjadi dasar isi cerita. Untuk menemukan tema cerita biasa dilakukan melalui pemahaman alur, penokohan, dan bahasa yang saling berhubungan dan mengisi.
b. Alur/Plot : adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang menjalin hubungan sebab akibat. Pada umumnya unsur alur terbagi menjadi bagian awal berupa pemaparan/pengenalan (exposition), bagian tengah berupa konflik (perumitan) dan klimaks (puncak ketegangan), dan bagian akhir berupa pemecahan masalah, penurunan, peleraian.
- Macam Alur : maju, mundur (flashback), dan campuran.
- Sifat alur: alur renggang dan alur rapat.
- Macam Konflik : Individual (tokoh dengan dirinya/batinnya, konflik sosial, konflik lingkungan, konflik budaya, konflik tokoh dengan Sang Pencipta.
c. Tokoh dan Penokohan (penggambaran tokoh)
Penggambaran tokoh dapat dilakukan dwngan cara
- Analitik (penggambaran langsung oleh pengarang)
- Dramatik (penggambaran melalui dialog antar pelaku, monolog, melalui pembicaraan tokoh lain)
Macam Tokoh :
- Tokoh Utama yaitu tokoh yang menjadi pusat pengisahan, paling banyak terlibat dwngan persoalan yang dibicarakan dan paling banyak berhubungan dengan tokoh lain.
- Tokoh Tambahan / Figuran, yaitu tokoh yang menjadi pelengkap.
- Tokoh Datar (kurang mewakili personalitas secara utuh).
- Tokoh Bulat (mewakili dari semua sisi kehidupan)
d. Latar (setting) yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tempat, waktu, kondisi, dan lingkungan dalam pengisahan.
Macam latar : latar geografis, latar sosial, latar budaya.
e. Sudut Pandang yaitu cara pengarang menempatkan posisi dirinya dalam pengisahan.
Macam:
- sudut pandang orang pertama (aku-an) yaitu penulis menjadi salah seorang tokoh yang berkisah dengan menyebut dirinya aku.
- Sudut pandang orang ketiga (dia-an) yaitu penulis berada di luar cerita yang berkisah dengan penyebutan kata dia, ia, beliau, atau langsung nama tokoh.
f. Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan penulis dari pengisahan.
g. Gaya atau Stail yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nada cerita, cara pemakaian bahasa yang spesifik dari p
penulis.
h. Nilai-nilai, yaitu unsur yang mendasar yang mewarnai tujuan pengisahan cerita seperti nilai moral, pendidikan, agama, budaya dsb.
Unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang secara tidal langsung mempengaruhi hadirnya sebuah cerita (karya) misalnya biografi pengarang, unsur lingkungan masyarakat pengarang (politik, agama, sosial, budaya), dan psikologi.
2. PUISI
Puisi adalah jenis karya (karangan terikat) yang biasa diungkapkan dengan bahasa padat (banyak menghilangkan kata tugas), menekankan pemakaian kata bermakna konotatif yang penuh dengan perbandingan, asosiasi, perlambang, kiasan, yang sering menghasilkan makna yang membias. Di samping itu, karya puisi mengutamakan pilihan kata yang mengandung kemerduan (mengandung persajakan).
Sebuah puisi memiliki bentuk yang meliputi bangun (baris, bait), persajakan, alat retorika yaitu bahasa/gaya bahasa. Di dalam bentuk puisi itu terdapat isi yang meliputi tema, amanat, motif, kesan, suasana, dan nilai-nilai tertentu.
Untuk memahami isi sebuah puisi kita harus melakukan interpretasi/penafsiran melalui:
- Pembacaan dengan intonasi yang tepat hingga menghasilkan pemenggalan yang tepat (untuk mencapai sebuah kalimat sering terjadi lompatan baris satu ke baris yang lain/enjabemen
- Menafsirkan makna kata (bersifat konotatif, perlambangan, kias, dan asosiasi)
- Memadukan kalimat-kalimat dan makna kata hingga mendapatkan kesatuan imajinasi/pembayangan.
- Menangkap gagasan yang diutamakan dari rangkaian kalimat yang membangun puisi.
Keempat langkah diatas dilakukan bersama-sama dan berulang-ulang hingga bisa ditangkap objek yang dijelmakan oleh penulis, watak dan latar belakang puisi. Dari lapis objek ini bias ditemukan tema, amanat, motif, kesan, serta situasi lingkungan dan zamannya.
- Menafsirkan sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat, yaitu menentukan maksud penulis yang tersembunyi di balik rangkaian kata dan kalimat.
Mengenali bentuk-bentuk puisi biasa membantu/memudahkan dalam memahami sebuah puisi. Bentuk-bentuk puisi yang dimaksud adalah:
1. Puisi Lama:
a. Pantun (pantub biasa, kilat/karmina, talibun, berkait) dengan ciri 4 baris, ab ab, sampiran dan isi.
b. Syair dengan ciri 4 baris, aa aa, isi merata
c. Gurindam dengan ciri 2 baris, aa, berisi nasihat.
2. Puisi Baru:
a. Distichon (puisi untaian 2 baris)
b. Terzina (untaian 3 baris)
c. Kuarten (untaian 4 baris)
d. Quin (untaian 5 baris)
e. sekten (untaian 6 baris)
f. Septime (untaian 7 baris)
g. oktaf/stanza (untaian 8 baris)
h. Soneta (untaian 14 baris terbagi 44 33 atau 444 2)
3. Puisi Bebas (muncul sejak zaman Jepang/45 dengan tidak ada ikatan untaian yang reratur, persajakan yang bebas)
4. Puisi Kontemporer (puisi yang memiliki ciri khas kesesatan)
Jenis puisi modern/bebas dari segi isi:
1. Himne : berisi pujaan terhadap Tuhan atau Dewa.
2. Ode : pujaan terhadap pahlawan, orang terkenal, orang yang dicintai.
3. Elegi : berisi ratapan sedih, menyayat hati.
4. Epigram : berisi ajaran hidup.
5. Satire : sindiran/kritikan teradap kondisi yang pincang/tidak adil
6. Balada : berbentuk cerita berisi kisahan.
7. Romance : berisi luapan cinta kasih sayang.
Macam puisi kontemporer:
1. Puisi mini kata (jumlah kata sangat minim)
2. Puisi mantra (mefungsikan kata sebagai unsur bunyi bukan arti, kadang jungkir balik.)
3. Puisi konkret (menggunakan benda untuk mewujudkan bunyi dan rangkaian kata)
4. Puisi tipografis (mengutamakan bentuk/bangun dalam penyusunan kata)
5. Puisi tanpa kata (menggunakan titik-titik, garis, simbol lain)
6. Puisi mbeling (awam, lugu, sederhana, dalam memilih kata, permasalahan sederhana bersifat sinis, humor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar